BAB II
Gedung Batu
China Temple (Sam Poo Kong / 三保洞)
merupakan klenteng yang berlokasi di
Jalan Simongan Kota Semarang yang dapat ditempuh dengan waktu 30 menit dari
Bandara Ahmad Yani Semarang. Klenteng ini berada di tengah kota yang berdekatan
dengan objek wisata Lawang Sewu dan Tugu Muda dan memiliki aksesibilitas yang
baik.
Gedung Batu China Temple (Sam Poo Kong) memiliki 8 gedung yang diantaranya
digunakan sebagai tempat sembahyang, tempat pertujukan, dan penginapan. Tempat
yang digunakan untuk sembahyang diantaranya Tempat Pemujaan Dewa Bumi atau Hook
Tek Ching Shen atau Fu Te Ceng Shen), Makam Juru Mudi Kapal, Gua Suci Sam Poo
Kong yang dulu digunakan sebagai tempat istrahat Laksamana, dan Makam Juru
masak (Mbah Kyai dan Nyai Tumpeng). Selain tempat sembahyang juga terdapat
bangunan Cina dan Jawa yang menjadi kombinasi budaya Jawa dan Cina. Di sana
juga terdapat bangunan yang akan dijadikan sebagai tempat pertunjukan yang
masih dalam proses renovasi dan sebuah penginapan yang pembangunanannya masih
terhambat karena kurangnya dana.
Untuk masuk ke dalam klenteng kita akan dikenai biaya tiket
sebesar Rp. 3000 per orang, sedangkan jika ingin memasuki areal sembahyang kita
akan dikenai biaya sebesar Rp.20.000 untuk lokal dan Rp.30.000 untuk wisatawan
asing.
Pada kejayaan Dinasti Ming, Laksamana Cheng Ho di
utus oleh raja dengan maksud mengadakan hubungan persahabatan, dagang, budaya
dan juga membawa agama Islam ke Jawa. Laksamana Cheng Ho tidak hanya datang ke
satu negara, Cheng Ho juga datang ke banyak negara. Cheng Ho melakukan 7 kali
perjalanan dunia, mengadakan ekspedisi ke timur, ke barat, keselatan maupun ke
utara termasuk ke Jawa. Cheng Ho datang 2 kali ke Semarang. Pertama tahun 1405
dan yang kedua pada tahun 1416. Pada saat kedatangan yang kedua kapalnya
mengalami musibah, yaitu kena gelombang besar dan terdampar di pantai Simongan.
Awalnya Klenteng Sam Poo
Kong ini merupakan pantai yang bernama Pantai Simongan yang kini diabadikan
menjadi sebuah jalan di depan Klenteng ini yang bernama Jalan Simongan. Dulu
pada saat Cheng Ho datang belum terdapat Klenteng ini masih berupa pantai.
Bangunan Klenteng baru dibangun pada tahun 1724 yang dibangun oleh masyarakat
sekitar keturunan Cina terutama mereka yang
menganggap bahwa Cheng Ho adalah leluhur atau sebagai nenek moyang. Oleh karena itu beliau diberi gelar nama
kebesaran Sam Poo Kong yang artinya beliau dituakan sebagai seorang Mbah atau
Kong yang mempunyai 3 kekuatan. Akhirnya dibangun Klenteng ini dengan nama Klenteng
Agung Sam Poo Kong. Selain ada 3 gelar seperti, Sam Poo Tai Jien yang mengambil
nama dari tingkatan tangga yaitu seorang laksamana yang mempunyai tiga power
atau tiga kekuatan. Nama lain itu yaitu Sam Poo Tai Kam yang artinya di Kebiri
atau Kasim, jadi dia tidak menikah. Gelar selanjutnya yaitu Sam Poo Tairum yang
artinya orang besar (besar jabatan sebagai seorang jendral).
Pada Gedung Batu China terdapat beberapa tempat yang unik dan
menarik dan sekaligus dijadikan tempat beribadat bagi komunitas orang tionghoa
yang ada di Semarang maupun yang ada di luar kota. Disana juga terdapat
beberapa benda-benda peninggalan bersejarah dari kedatangan Laksamana Cheng Ho
ke kota Semarang. Adapun potensi fisik yang disebutkan diatas diantaranya:
Tempat beribadat
1.
Tempat Pemujaan Dewa Bumi (Hook Tek Jien Sing)
atau dikenal Poo Tek Ceng Sen tapi terkenal dengan Ta Pek Kong
2.
Makam Juru Mudi Kapal (Wang Jing Hong) yang
dikenal dengan Gam Boawang
3.
Gua Suci Sam Poo Kong (dulu untuk istirahat
Laksamana)
4.
a. Kjai Djangkara (peninggalan dari kapal Cheng
Ho)
b. Nabi Kong Hu Chu (ahli filosofi)
c. Arwah Hopeng (tempat kediaman arwah)
5. Makam Juru Masak (Mbah Kyai dan Nyai
Tumpeng), di sinilah asal mula acara selamatan
masyarakat Jawa dengan menggunakan nasi tumpeng.
Benda-benda Peninggalan
1.
Pohon Rantai (berasal dari rantai Djangkara)
2.
Gua Suci, dulu digunakan untuk istirahat
3.
Djangkara, ini adalah peninggalan dari kapal
Laksamana
4.
Makam-makam, seperti makan juru mudi dan juru
masak
Pada kejayaan Dinasti Ming, Laksamana Cheng Ho di utus oleh raja
dengan maksud mengadakan hubungan persahabatan, dagang, budaya dan juga membawa
agama Islam ke Jawa. Laksamana Cheng Ho tidak hanya datang ke satu negara,
Cheng Ho juga datang ke banyak negara. Cheng Ho melakukan 7 kali perjalanan
dunia, mengadakan ekspedisi ke timur, ke barat, keselatan maupun ke utara
termasuk ke Jawa. Cheng Ho datang 2 kali ke Semarang. Pertama tahun 1405 dan
yang kedua pada tahun 1416. Pada saat kedatangan yang kedua kapalnya mengalami
musibah, yaitu kena gelombang besar dan terdampar di pantai Simongan.
Awalnya Klenteng Sam Poo
Kong ini merupakan pantai yang bernama Pantai Simongan yang kini diabadikan
menjadi sebuah jalan di depan Klenteng ini yang bernama Jalan Simongan. Dulu
pada saat Cheng Ho datang belum terdapat Klenteng ini masih berupa pantai.
Bangunan Klenteng baru dibangun pada tahun 1724 yang dibangun oleh masyarakat
sekitar keturunan Cina terutama mereka yang
menganggap bahwa Cheng Ho adalah leluhur atau sebagai nenek moyang. Oleh karena itu beliau diberi gelar nama
kebesaran Sam Poo Kong yang artinya beliau dituakan sebagai seorang Mbah atau
Kong yang mempunyai 3 kekuatan. Akhirnya dibangun Klenteng ini dengan nama
Klenteng Agung Sam Poo Kong. Selain ada 3 gelar seperti, Sam Poo Tai Jien yang
mengambil nama dari tingkatan tangga yaitu seorang laksamana yang mempunyai
tiga power atau tiga kekuatan. Nama lain itu yaitu Sam Poo Tai Kam yang artinya
di Kebiri atau Kasim, jadi dia tidak menikah. Gelar selanjutnya yaitu Sam Poo
Tairum yang artinya orang besar (besar jabatan sebagai seorang jendral).
Adapun
makna filosofi yang terkandung dalam beberapa gedung seperti :
1. Patung
Duarapala sebagai penjaga rumah untuk adat Jawa yaitu Rumah Joglo
2. 2
Patung Cina yang memiliki arti berbeda, patung sebelah kiri sebagai penjaga
bola bumi, sedangkan patung sebelah kanan sebagai penjaga anak.
3. Yolo,
pada masyarakat Cina ini biasanya digunakan sebagai tempat arak, tetapi
pilosofinya disini adalah sebagai tempat membakar uang mainan untuk sarana
mengirim doa kepada arwah di surga.
4. Simbol
akulturasi 2 budaya yaitu budaya Cina dan Jawa, yang terlihat pada bangunan
Cina dan rumah Joglo dari budaya Jawa. Pada bangunan Cina terdapat 3 unsur
Agama Islam yaitu, warna hijau sebagai warna kebesaran Nabi Muhammad yang dalam
budaya Cina tidak mengenal warna hijau melainkan warna merah dan kuning. Selain
itu juga terdapat bedug yang biasanya terdapat di Masjid, dan terdapat pula
arah kiblat yang mengarah ke barat daya.
5. Genteng
yang selalu naik ke atas, yang dimaksud bahwa jika orang cina mendapatkan hasil
berupa uang, mereka selalu berpikir untuk menabung sebagai persiapan masa
depan, sedangkan orang Jawa dengan arah genteng yang selalu ke bawah yang
berarti mereka tidak selalu berpikir untuk menabung yang pada akhirnya
pengeluaran lebih besar dari pada penghasilan mereka.
6. Patung
Yin dan Yan yang melambangkan keseimbangan, seperti siang dan malam, hitam dan
putih.
7. Terdapat
8 patung penjaga di depan tempat pemujaan Dewa Bumi yang melambangkan
kemakmuran
8. 10
patung binatang khayalan sebagai penolak bala, yang masing-masing binatang
memiliki wujud tidak terdapat pada kehidupan nyata, seperti wujud ayam yang
besarnya melebihi ukuran sesorang yang menaiki ayam tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar