Sabtu, 05 Oktober 2013

Semarang's Destination

Semarang's Destination "SAM POO KONG"



BAB II

2.1 Gambaran Umum Gedung Batu China Temple (Sam Poo Kong)
                Gedung Batu China Temple (Sam Poo Kong / 三保洞)  merupakan klenteng yang berlokasi di Jalan Simongan Kota Semarang yang dapat ditempuh dengan waktu 30 menit dari Bandara Ahmad Yani Semarang. Klenteng ini berada di tengah kota yang berdekatan dengan objek wisata Lawang Sewu dan Tugu Muda dan memiliki aksesibilitas yang baik.
Gedung Batu China Temple (Sam Poo Kong) memiliki 8 gedung yang diantaranya digunakan sebagai tempat sembahyang, tempat pertujukan, dan penginapan. Tempat yang digunakan untuk sembahyang diantaranya Tempat Pemujaan Dewa Bumi atau Hook Tek Ching Shen atau Fu Te Ceng Shen), Makam Juru Mudi Kapal, Gua Suci Sam Poo Kong yang dulu digunakan sebagai tempat istrahat Laksamana, dan Makam Juru masak (Mbah Kyai dan Nyai Tumpeng). Selain tempat sembahyang juga terdapat bangunan Cina dan Jawa yang menjadi kombinasi budaya Jawa dan Cina. Di sana juga terdapat bangunan yang akan dijadikan sebagai tempat pertunjukan yang masih dalam proses renovasi dan sebuah penginapan yang pembangunanannya masih terhambat karena kurangnya dana.
Untuk masuk ke dalam klenteng kita akan dikenai biaya tiket sebesar Rp. 3000 per orang, sedangkan jika ingin memasuki areal sembahyang kita akan dikenai biaya sebesar Rp.20.000 untuk lokal dan Rp.30.000 untuk wisatawan asing.

                Pada kejayaan Dinasti Ming, Laksamana Cheng Ho di utus oleh raja dengan maksud mengadakan hubungan persahabatan, dagang, budaya dan juga membawa agama Islam ke Jawa. Laksamana Cheng Ho tidak hanya datang ke satu negara, Cheng Ho juga datang ke banyak negara. Cheng Ho melakukan 7 kali perjalanan dunia, mengadakan ekspedisi ke timur, ke barat, keselatan maupun ke utara termasuk ke Jawa. Cheng Ho datang 2 kali ke Semarang. Pertama tahun 1405 dan yang kedua pada tahun 1416. Pada saat kedatangan yang kedua kapalnya mengalami musibah, yaitu kena gelombang besar dan terdampar di pantai Simongan.
Awalnya  Klenteng Sam Poo Kong ini merupakan pantai yang bernama Pantai Simongan yang kini diabadikan menjadi sebuah jalan di depan Klenteng ini yang bernama Jalan Simongan. Dulu pada saat Cheng Ho datang belum terdapat Klenteng ini masih berupa pantai. Bangunan Klenteng baru dibangun pada tahun 1724 yang dibangun oleh masyarakat sekitar keturunan Cina terutama mereka yang  menganggap bahwa Cheng Ho adalah leluhur atau sebagai nenek moyang.  Oleh karena itu beliau diberi gelar nama kebesaran Sam Poo Kong yang artinya beliau dituakan sebagai seorang Mbah atau Kong yang mempunyai 3 kekuatan. Akhirnya dibangun Klenteng ini dengan nama Klenteng Agung Sam Poo Kong. Selain ada 3 gelar seperti, Sam Poo Tai Jien yang mengambil nama dari tingkatan tangga yaitu seorang laksamana yang mempunyai tiga power atau tiga kekuatan. Nama lain itu yaitu Sam Poo Tai Kam yang artinya di Kebiri atau Kasim, jadi dia tidak menikah. Gelar selanjutnya yaitu Sam Poo Tairum yang artinya orang besar (besar jabatan sebagai seorang jendral).

           
            2.3.1 Potensi Fisik
Pada Gedung Batu China terdapat beberapa tempat yang unik dan menarik dan sekaligus dijadikan tempat beribadat bagi komunitas orang tionghoa yang ada di Semarang maupun yang ada di luar kota. Disana juga terdapat beberapa benda-benda peninggalan bersejarah dari kedatangan Laksamana Cheng Ho ke kota Semarang. Adapun potensi fisik yang disebutkan diatas diantaranya:
 Tempat beribadat
1.       Tempat Pemujaan Dewa Bumi (Hook Tek Jien Sing) atau dikenal Poo Tek Ceng Sen tapi terkenal dengan Ta Pek Kong
2.       Makam Juru Mudi Kapal (Wang Jing Hong) yang dikenal dengan Gam Boawang
3.       Gua Suci Sam Poo Kong (dulu untuk istirahat Laksamana)
4.       a. Kjai Djangkara (peninggalan dari kapal Cheng Ho)
b. Nabi Kong  Hu Chu (ahli filosofi)
c. Arwah Hopeng (tempat kediaman arwah)
5. Makam Juru Masak (Mbah Kyai dan Nyai Tumpeng), di sinilah asal mula acara  selamatan masyarakat Jawa dengan menggunakan nasi tumpeng.
Benda-benda Peninggalan
1.       Pohon Rantai (berasal dari rantai Djangkara)
2.       Gua Suci, dulu digunakan untuk istirahat
3.       Djangkara, ini adalah peninggalan dari kapal Laksamana
4.       Makam-makam, seperti makan juru mudi dan juru masak
                       
Pada kejayaan Dinasti Ming, Laksamana Cheng Ho di utus oleh raja dengan maksud mengadakan hubungan persahabatan, dagang, budaya dan juga membawa agama Islam ke Jawa. Laksamana Cheng Ho tidak hanya datang ke satu negara, Cheng Ho juga datang ke banyak negara. Cheng Ho melakukan 7 kali perjalanan dunia, mengadakan ekspedisi ke timur, ke barat, keselatan maupun ke utara termasuk ke Jawa. Cheng Ho datang 2 kali ke Semarang. Pertama tahun 1405 dan yang kedua pada tahun 1416. Pada saat kedatangan yang kedua kapalnya mengalami musibah, yaitu kena gelombang besar dan terdampar di pantai Simongan.
Awalnya  Klenteng Sam Poo Kong ini merupakan pantai yang bernama Pantai Simongan yang kini diabadikan menjadi sebuah jalan di depan Klenteng ini yang bernama Jalan Simongan. Dulu pada saat Cheng Ho datang belum terdapat Klenteng ini masih berupa pantai. Bangunan Klenteng baru dibangun pada tahun 1724 yang dibangun oleh masyarakat sekitar keturunan Cina terutama mereka yang  menganggap bahwa Cheng Ho adalah leluhur atau sebagai nenek moyang.  Oleh karena itu beliau diberi gelar nama kebesaran Sam Poo Kong yang artinya beliau dituakan sebagai seorang Mbah atau Kong yang mempunyai 3 kekuatan. Akhirnya dibangun Klenteng ini dengan nama Klenteng Agung Sam Poo Kong. Selain ada 3 gelar seperti, Sam Poo Tai Jien yang mengambil nama dari tingkatan tangga yaitu seorang laksamana yang mempunyai tiga power atau tiga kekuatan. Nama lain itu yaitu Sam Poo Tai Kam yang artinya di Kebiri atau Kasim, jadi dia tidak menikah. Gelar selanjutnya yaitu Sam Poo Tairum yang artinya orang besar (besar jabatan sebagai seorang jendral).
Adapun makna filosofi yang terkandung dalam beberapa gedung seperti :
1.      Patung Duarapala sebagai penjaga rumah untuk adat Jawa yaitu Rumah Joglo
2.      2 Patung Cina yang memiliki arti berbeda, patung sebelah kiri sebagai penjaga bola bumi, sedangkan patung sebelah kanan sebagai penjaga anak.
3.      Yolo, pada masyarakat Cina ini biasanya digunakan sebagai tempat arak, tetapi pilosofinya disini adalah sebagai tempat membakar uang mainan untuk sarana mengirim doa kepada arwah di surga.
4.      Simbol akulturasi 2 budaya yaitu budaya Cina dan Jawa, yang terlihat pada bangunan Cina dan rumah Joglo dari budaya Jawa. Pada bangunan Cina terdapat 3 unsur Agama Islam yaitu, warna hijau sebagai warna kebesaran Nabi Muhammad yang dalam budaya Cina tidak mengenal warna hijau melainkan warna merah dan kuning. Selain itu juga terdapat bedug yang biasanya terdapat di Masjid, dan terdapat pula arah kiblat yang mengarah ke barat daya.
5.      Genteng yang selalu naik ke atas, yang dimaksud bahwa jika orang cina mendapatkan hasil berupa uang, mereka selalu berpikir untuk menabung sebagai persiapan masa depan, sedangkan orang Jawa dengan arah genteng yang selalu ke bawah yang berarti mereka tidak selalu berpikir untuk menabung yang pada akhirnya pengeluaran lebih besar dari pada penghasilan mereka.
6.      Patung Yin dan Yan yang melambangkan keseimbangan, seperti siang dan malam, hitam dan putih.
7.      Terdapat 8 patung penjaga di depan tempat pemujaan Dewa Bumi yang melambangkan kemakmuran
8.      10 patung binatang khayalan sebagai penolak bala, yang masing-masing binatang memiliki wujud tidak terdapat pada kehidupan nyata, seperti wujud ayam yang besarnya melebihi ukuran sesorang yang menaiki ayam tersebut.


Rabu, 05 Juni 2013

objek wisata Badung,Mengwi



OBJEK WISATA
Badung, Mengwi
Kecamatan Mengwi merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Badung yang menjadi salah satu Kabupaten yang memiliki banyak objek wisata, yang salah satu ny di Kecamatan Mengwi. Kecamatan Mengwi memiliki beberapa Desa seperti Desa mengwi, Desa Abiansemal, Desa Kapal, dan masih banyak yang lain. Di Desa Mengwi terdapat objek wisata Pura Taman Ayun yang biasanya menjadi tujuan wisatawan jika akan menuju Bedugul , Tanah Lot, Alas Kedaton atau Sangeh . Di Desa Abiansemal terdapat objek wisata Sangeh yang menjadi tujauan wisatawan sebelum menuju Bedugul. Untuk di Desa Kapal terdapat banyak pedagang kerajinan dari kayu dan beton yang dapat menjadi daya tari wisatawan selama melewati daerah Kapal, sebelum menuju Taman Ayun biasanya wisatawan juga mengunjungi salah satu Pura Khayangan Jagat yaitu Pura Puru Sada yang memiliki keunikan dan cerita sejarah yang sangat menarik.  Adapun 2 objek wisata yang akan dibahas yaitu, Pura  Sada Kapal dan Pura Taman Ayun Mengwi :

1.    Pura Sada

Pura Sada atau yang biasa disebut Puru Sada terdapat di Banjar Pemebetan Desa Kapal Kecamatan Mengwi Badung . sedikit tahu dan ingin cerita tentang sejarah Pura Sada, yang menurut beberapa sumber yaitu orang di Kapal itu sendiri dan sebuah buku yang diterbitkan, nama pura yang merupakan salah satu pura kahyangan jagat ini kemungkinan diambil dari palinggih  yang terdapat di utamaning mandala. Palinggih tersebut berbentuk pejal bertingkat-tingkat seperti limas berundak dengan ketinggian sekitar 16 meter. Di pura ini distanakan arca Dewata Nawa Sanga. Candi bentar pura ini memiliki kemiripan dengan gaya bangunan candi di Jawa Timur. Banyak versi yang menyebutkan tahun berdirinya Pura Sada. Namun sebagai tempat pemujaan Siwa Guru, oleh penekun lontar di desa setempat, pura ini diperkirakan dibangun tahun 830 Masehi. Pura Sada merupakan salah satu situs cagar budaya yang dilindungi. Pura ini dibangun oleh Raja Mengwi sekitar abad ke-18 untuk menghormati leluhur keluarga kerajaan yakni Prabu Jayengrat. Pura ini sempat hancur saat gempa bumi  dibangun kembali. Rehab Pura Sada juga dikatakan sempat beberapa kali dilakukan jauh sebelum periode tersebut. Piodalan di Pura Sada dilaksanakan tiap enam bulan sekali setiap Tumpek Kuningan. 

Pura Sada terdiri dari Tri Mandala yaitu utamaning mandala (jeroan), madyaning utama (halaman tengah) dan nistaning mandala (jaba sisi). Di antara halaman tengah dan halaman utama terdapat candi kurung, sedangkan antara halaman tengah dengan jaba sisi terdapat candi bentar. Pelinggih yang khas di pura ini adalah Prasada. Prasada itu merupakan pelinggih Ida Batara Pasupati atau Siwa Guru dan memiliki nama lainnya. Sementara di madyaning mandala terdapat gedong pererepan, bale sumanggen, bale gong. Biasanya sesuhunan di Pura Natar Sari Apuan-Tabanan, Pura Pucak Kembar Pacung Baturiti dan Pura Pucak Padangdawa Desa Bangli-Baturiti Tabanan jika lunga (datang) ke jaba jero serangkaian pujawali (upacara). Sementara di jaba sisi terdapat pelinggih Ratu Made Sedahan.

Pura Sada sendiri memiliki aksesibilitas yang sangat memadai, sepanjang jalan raya Kapal terhampar kios-kios yang menjual “gerabah” (barang pecah belah), patung-patung, serta kerajinan tangan dari kayu maupun tanah liat. Adanya kios tersebut juga mnjadi salah satu daya tarik jika melewati Desa Kapal.


2.  Pura Taman Ayun
Taman Ayun merupakan objek wisata yang berlokasi di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Badung. Taman Ayun terdiri dari 2 kata, yaitu Taman yang berarti sebuah taman atau kebun, sedangkan Ayun berarti indah atau cantik. Kawasan Taman Ayun ini memiliki pemandangan yang sangat indah dan cantik, serta memiliki udara yang sangat sejuk.  Dari sebuah buku, Pura Taman Ayun ini dibuat pada tahun 1643 oleh raja Mengwi yaitu, I Gusti Ngurah Putu.
Pura Taman Ayun terdiri dari 3 kawasan, yaitu Halaman Pertama disebut dengan Jaba, dimana kita bisa sampai hanya dengan melewati jembatan dan kemudian melewati gerbang. Begitu masuk di sana ada tugu kecil untuk menjaga pintu masuk dan di sebelah kanannya terdapat bangunan luas yang biasa disebutn wantilan, sering ada pertemuan dan pentas seni. 

Di sana, juga ada tugu air mancur yang mengarah ke 9 arah mata angin, yang sering juga digunakan untuk mengambil foto. kemudian, kita ke halaman berikutnya, di sebelah kanan jalan terdapat sebuah komplek pura kecil dengan nama Pura Luhuring Purnama. Selain itu ada aling-aling Bale Pengubengan (balai yang bersifat negatif, dimana di Dalam Pura juga nanti ada yang besifat positif) yang dihiasi dengan relief menggambarkan Dewata Nawa Sanga, (9 Dewa penjaga arah mata angin). Di pojok sebelah barat terdapat sebuah Balai Kulkul. Kulkul adalah alat komunikasi Tradisional masyarakat yang  menjulang tinggi dan sering digunakan wisatawan untuk mengambil foto dengan backgroud balai kulkul itu sendiri atau pun mengambil foto areal Taman Ayun dari atas balai tersebut. Areal ke Tiga atau halaman terakhir adalah yang tertinggi dan yang paling suci. Disini hanya dibuka waktu upacara saja dan hanya yang berkepentingan yang boleh masuk. Pintunya ada 3, yang paling tengah akan dibuka disaat ada upacara, tempat ke luar masuknya arca dan peralatan upacara lainnya. Sedangkan Gerbang yang di kiri kanannya adalah untuk keluar masuk kegiatan sehari-hari di pura tersebut. Disini uniknya ada banyak sekali Meru (bangunan yang menjulang, yang atapnya berbentuk limas bertumpuk-tumpuk).

Fasilitas yang terdapat di areal Taman Ayun, seperti toilet dan tempat parkir yang memadai menjadi suatu nilai plus yang dapat meningkatkan kedatangan para wisatawan. Tempat parkit yang luas dan di depannya terdapat banyak kios yang berjejeran rapi dengan menjual berbagai makanan dan minuman.  Dari hasil penelitian yang pernah saya lakukan di sana, wisatawan yang datang kebanyakn dari Eropa, dan rute perjalanan mereka biasanya Taman Ayun-Tanah Lot, Taman Ayun-Alas Kedaton-Bedugul, atau pun Taman Ayun-Bedugul.

About Me :)

About Me :)



Heii ...



Kenalin nih ak Ni Luh Laksmi Parashita, temen* bysa manggil ak Laksmi sdangkan org rumah bysany manggil hita, beda* lah . Ak kelahiran Desa Kapal, pada Dua Delapan Oktober Seribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Embat yang pada tahun ini menginjak usia Sembilan Belas Tahun . Ak lahir dan tinggal di Desa Kapal, Desa Kapal merupakan bagian dari Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, Bali. Ak ini anak pertama dan terakhir atau sering d blg anak satu*ny, hehehehe .Kalo untuk cerita menarik itu pas masa SMA, ak dlu anak SMAN2 Mengwi angkatan Dua Ribu Sembilan, tepatny anak IPA2 gtu, dri sana mulai cerita seru masa SMA ku sama temen* yg skrg uda nyebar kuliah dmn* smpai d Pulau Jawa. Waktu itu punya geng  gtu sih yang nmany itu NATO heheeheh, yg trdiri dari ak, uya, irma, devi, ari, tu bali, yesan, meri n gekrani. Slalu penuh keceriaan, sifat jail, tanpa sifat jail kebersamaan gak akn terasa friend !!. tpi gak jail* negatif kok cuma buat iseng doang yang penting seru . Selama tiga tahun bareng* dan menikmati masa remaja breng* mnjadi kenangan buat ak.  Dan sampai skrg smua msih trjalin dgn hangat walaupun waktu smakin sdikit.  Dan kini ak kuliah d Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Bali, tujuan ku ya untuk tahu lebih lanjut tentang pariwisata d Bali ini dan ngelajutin usaha orang tua tercinta, biar tambah maju dengan perkembangan jaman yang smakin maju ini .